Rabu, 15 Maret 2017

TARBIYAH, TA’LIM DAN TA’DIB

TARBIYAH, TA’LIM DAN TA’DIB

          Oleh       : Aris Utomo




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun sebuah peradaban, khususnya peradaban yang Islami , sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Alaq ayat 1yang berbunyi : “Iqra’,ayat ini diturunkan oleh Allah sangat berhubungan dengan pendidikan. Proses dakwah Rasulullahpun dalam menyebarkan Islam dan membangun peradaban tidak lepas dari pendidikan Rasul terhadap para sahabat. Dimulai dari sebuah rumah kecil “Darul Arqom” sampai membentang ke seberang benua. Diawali beberapa sahabat sampai tersebar ke jutaan umat manusia di penjuru dunia.
Sebuah proses yang pernah menorehkan sejarah peradaban yang membanggakan bagi umat Islam, Madinah Al Munawarah. Sejarahpun mencatat banyak Negara yang memperkokoh bangsanya ataupun bisa segera bangkit dari keterpurukan dengan upaya membangun pendidikan. Wajar, karena dari pendidikanlah lahir sebuah generasi yang diharapkan mampu membangun peradaban tersebut. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kemajuan pendidikan akan menjadi salah satu pengaruh kuat terhadap kemajuan atau kegemilangan sebuah peradaban.
Namun, konsep atau teori pendidikan mengalami sebuah perdebatan hangat bagi para pakar atau ilmuwan. Peran pendidikan yang semakin disadari pentingnya dalam melahirkan sebuah generasi tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang benar. Apabila kita menerima teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma dalam teori pendidikan, maka disadari atau tidak berarti kita telah meninggalkan hal-hal yang bersifat metafisis dalam Al Qur’an dan Sunnah
Pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Hal itu bisa dimengerti karena tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting. Karena didasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah. berangkat dari pengertian inilah akan menjadikan pondasi yang akan menyangkut konsep bangunan pendidikan itu sendiri. Istilahpun akan memberikan pemahaman yang utuh, mengingat istilah tidaklah bebas nilai akan tetapi sarat akan nilai-nilai yang mengikutinya Dalam hal pendidikan, bersandar pada Al Qur’an dan Hadits dikenal beberapa istilah yang dianggap mewakili pengertian tersebut. Hal ini disebabkan istilah pendidikan tidak disebutkan secara langsung dalam Al Qur’an dan Al Hadits.  Sebenarnya, banyak istilah yang dianggap mendekati makna pendidikan, diantaranya Al Tansyi’ah, al Islah, Al Ta’dib atau al Adab, Al Tahzib, Al Tahir, Al Tazkiyyah, Al Ta’lim, Al Siyasah, Al Nash wa Al Irsyad dan al Akhlaq. bahkan sumber lain menambahkan dengan istilah at Tarbiyin dan at Tadris.  Namun, dalam persidangan dunia pertama mengenai pendidikan islam pada tahun 1977, menegaskan bahwa pendidikan didefinisikan sebagai Al Tarbiyah, Al Ta’lim dan Al Ta’dib secara bersama-sama.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Tarbiyah, , Ta’lim dan Ta’dib?
2.      Bagaimanakah  analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah?
C.    Tujuan pembahasan
1.      Untuk mengetahui makna dan tujuan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib
2.      Untuk mengetahui analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dab efisien. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran belaka, melainkan pendidikan merupakan transpormasi nilai dan pembentukan kesadaran dan kepribadian peserta didik disamping tranfer ilmu dan keahlian.[1]Pendidikan Islam secara bahasa adalah tarbiyah Islamiyah. Sedangkan secara terminologi ada beberapa istilah tentang pendidikan Islam diantaranya : Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga terwujud
Zuhairini dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengemukakan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam atau sesuatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, merumuskan dan berbuat berdasarkan nilai- nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”.[2]
Sedangkan menurut Azzumardi Azra pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yangdiwahyukan Allah kepada Muhammad Saw. Melalui proses yang manaindividu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu  menunaikan tugasnya sebagai kholifah di muka bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat.[3]
Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukansekedar transfer knowledge tetapi lebih mrupakan suatu sistem yang ditata diatas pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu sistem yang terkait secaralangsung dengan Tuhan.
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya (shohih li nafsihi) dan orang lain (sholih li ghoirihi). Serta membentuk kepribadian seseorang menjadi insan ulul kamil, artinya manusia yang utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal. Jadi, dapat diutarakan bahwa konsepsi pendidikan model Islam, paradigma pendidikan Islam tidak hanya pada sebagai upaya pencerdasan semata, tetapi juga penghambaan diri kepada Tuhannya.
1.      Tarbiah
Istilah tarbiyah berasal dari kata rabb, walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestariannya atau eksistensinya.[4]
Sedangkan menurut istilah kata tarbiyah merupakan tindakan mengasuh, mendidik dan memelihara. Kata tarbiyah pada arti yang luas menjadi pengembangan, peningkatan, ketinggian, kelebihan dan perbaikan.[5]Kata yang mengandung pengertian tarbiyah adalah kata rabb yang memiliki arti memperbaiki, mengurus, mengatur dan juga mendidik.
Menurut  Prof. Nurcholish Majid, bahwa pendidikan itu tidak semata- mata hanya diberikan oleh kedua orang tua.[6] Karena makna rabbayānī (ربياني ) yang dimaksud dalam Q.S. Al-Isro’ 17: 24 itu adalah kasih sayang ( rahmah ). Oleh karena itu kata nurabbika ( نربك) yang pernah diucapkan Fir‘aun kepada nabi Musa tidak berarti Fir‘aun mendidiknya, tetapi maknanya adalah Fir‘aun yang membesarkan nabi Musa. Dan kata membesarkan di sini bukan menanamkan ilmu pengetahuan di dalamnya ( Tarbiyah simply means cherishing, without necessarily including the inculcation of knowledge in the cherishing).[7] Dan kata tarbiyah jika diartikan pendidikan maka memiliki makna tidak khusus untuk manusia saja : bisa kepada mineral ( barang tambang ), tanam-tanaman ( plants ), dan hewan ( animals ).
Tarbiyah islamiyah atau pendidikan islam dapat dibedakan dari pendidikan lainnya dengan melihat segi pengertian umum dan khusus. Dari segi pengertian umum, ia tidak jauh berbeda dengan pengertian umum pendidikan manapun, kecuali hanya beberapa segi saja yang dapat membedakannya dari model lainnya. Sedangkan dari segi pengertian khusus sudah jelas, ia mempunyai perbedaan dengan pendidikan non islam.
2.      Ta’lim
Secara bahasa (etimologi), ta’lim (تعليم  ) merupakan bentuk masdar dari kata ‘allama - yu’allimu - ta’liman (علم - يعلم – تعليما  ) yang berarti pengajaran. Dalam al quran, kata ta’lim muncul dalam berbagai surat.  Sedangkan menurut istilah (terminologi) kata ta’lim adalah merujuk kepada pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
Selanjutnya Thalib mengatakan bahwa Ta’lim memiliki arti memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Allah SWT. Berfirman :  “ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” Rasulullah bersabda :“Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya”
Kata dasar yuallimu terdapat di beberapa firman Allah SWT,  Yaitu :
“ Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, …”
Istilah Mu’allim atau pengajar yang berarti orang yang melakukan pengajaran, juga di munculkan dalam hadith,  Nabi Muhammad SAW. bersabda,
اعملوا بطاعة الله و اتقوا معاصى الله و مروا اولادكم بامتثال الاوامر, و اجتناب النواهى, فذالك و قاية لهم و لكم من النّار
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka ”
Dalam hal ini ungkapan (اعملو) diberikan kepada orang tua yang berlaku sebagai mu’allim sedangkan pelajarnya (muta’allim) atau yang diajari adalah anak-anaknya.
Umar ibn Khatab,  berkata:
علموا اولادكم الرماية و الصباحة و مروهم ان يثبوا على الخيل وثبا
Ajarkanlah memanah dan berenang kepada anak-anak kamu, dan suruhlah mereka
melompat keatas kuda dengan sekali lompatan”
Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata-mata.  Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim) dan yang diajar (muta’alim). Misalnya pada surat Yusuf, ayat 6, berarti ilmu pengetahuan yang dimaksud, diajarkan atau dialihkan kepada Nabi adalah tabir mimpi. Sedangkan pada surat Al Maidah ayat 4, ilmu yang dimaksud adalah ilmu berburu.
Ta’lim juga mewakili ungkapan proses dari tidak tahu menjadi tahu.  Dari perkataan Sa’ad bin Waqash, memberi makna anak-anak yang tidak tahu tentang riwayat Rasulullah, diajarkan sehingga menjadi tahu.  Namun, istilah ta’lim dari beberapa ayat diatas menunjukkan bahwa ilmu yang bisa untuk dialihkan meliputi semua ilmu termasuk diantaranya sihir. Sehingga memang istilah tersebut lebih dekat pada pengajaran bukan pendidikan, karena pendidikan dalam pengertian Islam tentu saja harus mengarah pada manusia yang lebih baik, sesuai peran dan fungsinya didunia ini menurut Al Qur’an dan As Sunnah.
3.      Ta’dib
Secara bahasa, ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba- yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib dapat diartikan sebagai proses mendidik yang memfokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Prof. Wan Daud  , Al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad saw yang oleh kebanyakan sarjana muslim disebut sebagai manusia sempurna atau manusia universal (al-insān al-kullī). Oleh karenanya pengaturan administrasi pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam sistem pendidikan Islam haruslah merefleksikan manusia yang sempurna.[8]
Fakta bahwa pendidikan Nabi Muhammad saw dijadikan Allah sebagai pendidik yang terbaik didukung oleh Al-Qur’an yang menunjukkan kedudukan rasulullah saw yang mulia, suri tauladan yang baik. Ini kemudian dikuatkan oleh hadits Nabi Muhammad saw  yang berbunyi :
انما بعتت لاتمم مكا رم الااحلاق

Artinya : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlaq.
Dalam hadist di atas terdapat misi untuk menyempurnakan akhlak manusia . Seseorang yang paling sempurna imannya menurut Rasulullah saw adalah orang yang paling baik akhlaknya.
اكمل المومنين ايمانا احسنهم حلقا
Artinya : Mukmin yang lebih sempurna keimanannya adalah mukmin yang paling baik ahlaqnya.
Dalam hal ini jika seorang itu telah beradab, secara otomatis telah memiliki ilmu benar serta mempunyai tujuan kehidupan yang jelas mencakup spritual dan material. Oleh karena itu, pemilihan istilah- istilah kunci dalam dunia pendidikan Islam sangat menentukan perkembangannya pendidikan Islam di masa depan.
Ta’dib ini dapat mencetak manusia yang beradab, dapat terhindar dari sifat- sifat kezhaliman (zhulm), kebodohan (jahl), dan kegilaan (junun). Sebab ilmu tidak dapat dipindahkan atau diajarkan (transfer of knowledge) dengan sempurna oleh seorang guru kepada muridnya dalam proses pendidikan kecuali jika telah mempunyai adab terhadap berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan.
B.     Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik. Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi. Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik. Dengan pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik.
At-Tadris adalah upaya menyiapkan murid ( mutadarris ) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla Allah (definisi secara luas dan formal).
Dewasa ini, karena memang manusia sedang menghadapi perubahanyang begitu cepat yang timbul sebagai ekses atau dampak dari kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi, dikursus-diskursus dan kajian-kajian mengenaikonsep pendidikan menjadi tetap menarik dan bahkan, tidak dapatdihindarkan. Apalagi jika hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa segalaproblem itu berpangkal dari suatu penerapan konsep pendidikan yangmerangsang serta mendorong progresivitas ilmu pengetahuan dan teknologiyang tidak terkendali.
Di kalangan dunia Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan serta problem  lainnya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa terwujudnya suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam. Dalam hal ini banyak tokoh-tokoh pendidikan Muslim telah berusaha menyusun suatu konsep pendidikan yang menurut keyakinan mereka sudah dapat dikatakan relevan dengan tuntutan umat manusia dan perkembangan masa kini. Syed M. Naquib al-Attas seorang pemikir pendidikan yang concern terhadap pendidikan. Dalam karya monumentalnya “The Concept ofEducation In Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education”, dan dalam Konferensi Dunia Pertama dan Kedua tentang Pendidikan Islam di Mekkah dan Islamabad, al-Attas mencetuskan dan menawarkan bahwa konsep atau istilah yang tepat, benar, dan relevan untuk pendidikan adalah konsep ta’dib, bukan ta’lim, tarbiyah, ataupun konsep yang lainnya. Karena, menurut al-Attas, konsep tarbiyah hanya menekankan atau menyinggung aspek fisikal dan emosional manusia (karena proses tarbiyah ini berlaku tidak hanya untuk manusia an sich, tetapi berlaku untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan, oleh karena itu konsep tarbiyah kurang tepat untuk istilah pendidikan bagi manusia). Sedangkan konsep ta’lim secara umum hanya menekankan pada transfer of knowledge (aspek kognitif) dan pengajaran. Agar proses pendidikan berjalan secara komprehensif -- yakni mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan ranah afektif, maka al-Attas menawarkan konsep ta’dib






BAB III
KESIMPULAN
Penggunaan istilah dalam pendidikan berdasar pada Al Qur’an dan As Sunnah yang tepat akan menjadi sangat penting, karena akan mempengaruhi konsep pendidikan khususnya pendidikan dalam pengertian Islam. Pengertian pendidikan akan mendasari tujuan, metode sampai pada kurikulum pendidikan itu sendiri.
Mengadopsi seluruh istilah atau menggabungkannya sebagai upaya untuk mengakomodasi saja tidaklah cukup, mengingat strukturnya dan penekanannya akan berbeda. Apabila ta’dib adalah istilah yang paling mewakili pendidikan dalam islam, maka adab akan menjadi stressing dalam pendidikan secara keseluruhan, tidak hanya pada pendidikan agama saja.
Walaupun demikian tarbiyyah dan ta’lim merupakan istilah yang memilki kaitan erat langsung dengan pendidikan itu sendiri. Proses pengembangan diri dan pengajaran adalah bagian penting dalam pendidikan untuk mencapai tujuan manusia sebagai hamba Allah.
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an. kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, maupun at-ta’dib menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.






















Daftar pustaka
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam,  1991, Jakarta, Bumi Aksara.
Al-Syaibani, Muhammad al-Toumi,  Falsafah Pendidikan Islam(terjemah) Hasan Langgulung, 1979,  Jakarta, Bulan Bintang.
Achmadi Abu, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, 1950,  Yogyakarta, Aditya Media.
Mahmud,Ali Abdul ,  Halim Pendidikan Ruhani, 2000, Jakarta, Gema Insani.
Nata, Abuddin ,Filsafat Pendidikan Islam,  2001, Ciputat, PT.Logos Wacana Ilmu.
Samsul Nizar, Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, 2011,  jakarta, Kalam Mulia, Cetakan ke- 3.
Moh. Haitami salim & syamsul kurniawan, studi ilmu pendidikan islam, 2012,jakarta, Ar-Ruzz Media
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,1995, Jakarta, Bumi Aksara
Jurnal Al Banjari, Wacana Dikotomi Ilmu Dalam Pendidikan Islam Dan Pengaruhnya, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni  2006, 35
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki Press,2012)
Prof. Al-Attas, The Concept of Education in Islam,
Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, “Konsep al-Attas tentang Ta’dīb: (Gagasan Pendidikan yang Tepat dan Komprehensif dalam Islam)”, dalam Islami, Th II No. 6/Juli-September 2005: 77).




[1] Moh. Haitami salim & syamsul kurniawan, studi ilmu pendidikan islam. Ar-Ruzz Media: jakarta. 2012. H. 18
[2]Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 152
[3]Jurnal Al Banjari, Wacana Dikotomi Ilmu Dalam Pendidikan Islam Dan Pengaruhnya, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni  2006, 35
[5]Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki Press,2012),h.16.
[6]Ibid,h.16.
[7]Prof. Al-Attas, The Concept of Education in Islam, h.28.
[8]Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, “Konsep al-Attas tentang Ta’dīb: (Gagasan Pendidikan yang Tepat dan Komprehensif dalam Islam)”, dalam Islami, Th II No. 6/Juli-September 2005: 77).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar