TARBIYAH,
TA’LIM DAN TA’DIB
Oleh : Aris Utomo
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat
strategis dalam membangun sebuah peradaban, khususnya peradaban yang Islami ,
sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Alaq ayat 1yang berbunyi : “Iqra’,ayat
ini diturunkan oleh Allah sangat berhubungan dengan pendidikan. Proses dakwah
Rasulullahpun dalam menyebarkan Islam dan membangun peradaban tidak lepas dari
pendidikan Rasul terhadap para sahabat. Dimulai dari sebuah rumah kecil “Darul
Arqom” sampai membentang ke seberang benua. Diawali beberapa sahabat sampai
tersebar ke jutaan umat manusia di penjuru dunia.
Sebuah proses yang pernah menorehkan
sejarah peradaban yang membanggakan bagi umat Islam, Madinah Al Munawarah.
Sejarahpun mencatat banyak Negara yang memperkokoh bangsanya ataupun bisa
segera bangkit dari keterpurukan dengan upaya membangun pendidikan. Wajar,
karena dari pendidikanlah lahir sebuah generasi yang diharapkan mampu membangun
peradaban tersebut. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kemajuan pendidikan akan
menjadi salah satu pengaruh kuat terhadap kemajuan atau kegemilangan sebuah
peradaban.
Namun, konsep atau teori pendidikan
mengalami sebuah perdebatan hangat bagi para pakar atau ilmuwan. Peran
pendidikan yang semakin disadari pentingnya dalam melahirkan sebuah generasi
tidaklah cukup tanpa disertai oleh konsep yang benar. Apabila kita menerima
teori ilmiah empiris sebagai sebuah paradigma dalam teori pendidikan, maka
disadari atau tidak berarti kita telah meninggalkan hal-hal yang bersifat
metafisis dalam Al Qur’an dan Sunnah
Pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin
dicapai. Hal itu bisa dimengerti karena tujuan pendidikan mempunyai kedudukan
yang amat penting. Karena didasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah.
berangkat dari pengertian inilah akan menjadikan pondasi yang akan menyangkut
konsep bangunan pendidikan itu sendiri. Istilahpun akan memberikan pemahaman
yang utuh, mengingat istilah tidaklah bebas nilai akan tetapi sarat akan
nilai-nilai yang mengikutinya Dalam hal pendidikan, bersandar pada Al Qur’an
dan Hadits dikenal beberapa istilah yang dianggap mewakili pengertian tersebut.
Hal ini disebabkan istilah pendidikan tidak disebutkan secara langsung dalam Al
Qur’an dan Al Hadits. Sebenarnya, banyak
istilah yang dianggap mendekati makna pendidikan, diantaranya Al Tansyi’ah,
al Islah, Al Ta’dib atau al Adab, Al Tahzib, Al Tahir, Al Tazkiyyah, Al Ta’lim,
Al Siyasah, Al Nash wa Al Irsyad dan al Akhlaq. bahkan sumber lain
menambahkan dengan istilah at Tarbiyin dan at Tadris. Namun, dalam persidangan dunia pertama
mengenai pendidikan islam pada tahun 1977, menegaskan bahwa pendidikan
didefinisikan sebagai Al Tarbiyah, Al Ta’lim dan Al Ta’dib secara
bersama-sama.
B. Rumusan
masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tarbiyah, ,
Ta’lim dan Ta’dib?
2. Bagaimanakah analisis perbandingan antara konsep
ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah?
C. Tujuan
pembahasan
1.
Untuk
mengetahui makna dan tujuan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib
2.
Untuk
mengetahui analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
pendidikan Islam
Pendidikan
merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dab efisien. Pendidikan lebih
dari sekedar pengajaran belaka, melainkan pendidikan merupakan transpormasi
nilai dan pembentukan kesadaran dan kepribadian peserta didik disamping tranfer
ilmu dan keahlian.[1]Pendidikan Islam secara bahasa adalah tarbiyah Islamiyah. Sedangkan
secara terminologi ada beberapa istilah tentang pendidikan Islam diantaranya :
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al
Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud
Zuhairini dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam mengemukakan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam atau
sesuatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, merumuskan dan berbuat berdasarkan
nilai- nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”.[2]
Sedangkan menurut Azzumardi Azra pendidikan Islam
merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam
yangdiwahyukan Allah kepada Muhammad Saw. Melalui proses yang manaindividu
dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah di muka
bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat.[3]
Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan
Islam bukansekedar transfer knowledge tetapi lebih mrupakan suatu sistem yang
ditata diatas pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu sistem yang terkait
secaralangsung dengan Tuhan.
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam diatas,
dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia
yang berguna bagi dirinya (shohih li nafsihi) dan orang lain (sholih
li ghoirihi). Serta membentuk kepribadian seseorang menjadi insan ulul
kamil, artinya manusia yang utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang
secara wajar dan normal. Jadi, dapat diutarakan bahwa konsepsi pendidikan model
Islam, paradigma pendidikan Islam tidak hanya pada sebagai upaya pencerdasan
semata, tetapi juga penghambaan diri kepada Tuhannya.
1. Tarbiah
Istilah tarbiyah berasal dari kata
rabb, walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan
menjaga kelestariannya atau eksistensinya.[4]
Sedangkan menurut istilah kata
tarbiyah merupakan tindakan mengasuh, mendidik dan memelihara. Kata tarbiyah pada arti yang
luas menjadi pengembangan, peningkatan, ketinggian, kelebihan dan perbaikan.[5]Kata yang
mengandung pengertian tarbiyah adalah kata rabb yang memiliki
arti memperbaiki, mengurus, mengatur dan juga mendidik.
Menurut Prof. Nurcholish
Majid, bahwa pendidikan itu tidak semata- mata hanya diberikan oleh kedua orang
tua.[6]
Karena makna rabbayānī (ربياني ) yang dimaksud dalam Q.S. Al-Isro’ 17: 24 itu adalah kasih
sayang ( rahmah ). Oleh karena itu kata nurabbika ( نربك) yang pernah
diucapkan Fir‘aun kepada nabi Musa tidak berarti Fir‘aun mendidiknya, tetapi
maknanya adalah Fir‘aun yang membesarkan nabi Musa. Dan kata membesarkan di
sini bukan menanamkan ilmu pengetahuan di dalamnya ( Tarbiyah simply means
cherishing, without necessarily including the inculcation of knowledge in the
cherishing).[7] Dan
kata tarbiyah jika diartikan pendidikan maka memiliki makna tidak khusus untuk
manusia saja : bisa kepada mineral ( barang tambang ), tanam-tanaman ( plants
), dan hewan ( animals ).
Tarbiyah islamiyah atau pendidikan
islam dapat dibedakan dari pendidikan lainnya dengan melihat segi pengertian
umum dan khusus. Dari segi pengertian umum, ia tidak jauh berbeda dengan
pengertian umum pendidikan manapun, kecuali hanya beberapa segi saja yang dapat
membedakannya dari model lainnya. Sedangkan dari segi pengertian khusus sudah
jelas, ia mempunyai perbedaan dengan pendidikan non islam.
2. Ta’lim
Secara bahasa (etimologi), ta’lim (تعليم ) merupakan bentuk masdar dari kata
‘allama - yu’allimu - ta’liman (علم - يعلم – تعليما ) yang berarti pengajaran. Dalam al
quran, kata ta’lim muncul dalam berbagai surat. Sedangkan menurut istilah
(terminologi) kata ta’lim adalah merujuk kepada pengajaran yang bersifat
pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
Selanjutnya Thalib mengatakan bahwa Ta’lim
memiliki arti memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Allah
SWT. Berfirman : “ Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al
Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” Rasulullah bersabda :“Barang
siapa yang mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang
mengamalkannya”
Kata dasar yuallimu terdapat
di beberapa firman Allah SWT, Yaitu :
“ Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi
Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan
disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, …”
Istilah Mu’allim atau pengajar yang berarti
orang yang melakukan pengajaran, juga di munculkan dalam hadith, Nabi Muhammad SAW. bersabda,
اعملوا بطاعة الله و اتقوا معاصى الله
و مروا اولادكم بامتثال الاوامر, و اجتناب النواهى, فذالك و قاية لهم و لكم من
النّار
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut
berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati
perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara
mereka dan kamu dari api neraka ”
Dalam hal ini ungkapan (اعملو) diberikan kepada orang tua yang berlaku
sebagai mu’allim sedangkan pelajarnya (muta’allim) atau yang diajari
adalah anak-anaknya.
Umar ibn Khatab, berkata:
علموا
اولادكم الرماية و الصباحة و مروهم ان يثبوا على الخيل وثبا
“Ajarkanlah memanah dan berenang kepada anak-anak
kamu, dan suruhlah mereka
melompat keatas kuda dengan sekali lompatan”
Ta’lim secara umum
hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim
hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim)
dan yang diajar (muta’alim). Misalnya pada surat Yusuf, ayat 6, berarti
ilmu pengetahuan yang dimaksud, diajarkan atau dialihkan kepada Nabi adalah
tabir mimpi. Sedangkan pada surat Al Maidah ayat 4, ilmu yang dimaksud adalah
ilmu berburu.
Ta’lim juga mewakili
ungkapan proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Dari perkataan Sa’ad bin Waqash, memberi makna anak-anak yang tidak tahu
tentang riwayat Rasulullah, diajarkan sehingga menjadi tahu. Namun, istilah ta’lim dari beberapa ayat
diatas menunjukkan bahwa ilmu yang bisa untuk dialihkan meliputi semua ilmu
termasuk diantaranya sihir. Sehingga memang istilah tersebut lebih dekat pada
pengajaran bukan pendidikan, karena pendidikan dalam pengertian Islam tentu
saja harus mengarah pada manusia yang lebih baik, sesuai peran dan fungsinya
didunia ini menurut Al Qur’an dan As Sunnah.
3. Ta’dib
Secara bahasa, ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba-
yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut
istilah ta’dib dapat diartikan sebagai proses mendidik yang memfokuskan kepada
pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Prof. Wan Daud , Al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi
orang yang beradab adalah Nabi Muhammad saw yang oleh kebanyakan sarjana muslim
disebut sebagai manusia sempurna atau manusia universal (al-insān al-kullī).
Oleh karenanya pengaturan administrasi pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam
sistem pendidikan Islam haruslah merefleksikan manusia yang sempurna.[8]
Fakta bahwa pendidikan Nabi Muhammad saw dijadikan Allah sebagai pendidik
yang terbaik didukung oleh Al-Qur’an yang menunjukkan kedudukan rasulullah saw
yang mulia, suri tauladan yang baik. Ini kemudian dikuatkan oleh hadits Nabi
Muhammad saw yang berbunyi :
انما بعتت لاتمم مكا رم الااحلاق
Artinya :
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlaq.
Dalam hadist di atas terdapat misi untuk menyempurnakan akhlak manusia .
Seseorang yang paling sempurna imannya menurut Rasulullah saw adalah orang yang
paling baik akhlaknya.
اكمل المومنين ايمانا احسنهم حلقا
Artinya :
Mukmin yang lebih sempurna keimanannya adalah mukmin yang paling baik ahlaqnya.
Dalam hal ini jika seorang itu telah beradab, secara otomatis telah
memiliki ilmu benar serta mempunyai tujuan kehidupan yang jelas mencakup
spritual dan material. Oleh karena itu, pemilihan istilah- istilah kunci dalam
dunia pendidikan Islam sangat menentukan perkembangannya pendidikan Islam di
masa depan.
Ta’dib ini dapat mencetak manusia yang
beradab, dapat terhindar dari sifat- sifat kezhaliman (zhulm), kebodohan
(jahl), dan kegilaan (junun). Sebab ilmu tidak dapat dipindahkan
atau diajarkan (transfer of knowledge) dengan
sempurna oleh seorang guru kepada muridnya dalam proses pendidikan kecuali jika
telah mempunyai adab terhadap berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan.
B. Analisis
perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat
titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur
kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni
dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah
penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab
dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup
aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam
hidupnya dan pedoman perilaku yang baik. Sedangkan pada tarbiyah, titik
tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh
kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan
ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar
dalam mendidik pribadi. Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan
ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan
tingkah laku yang baik. Dengan pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu
menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu
mengarungi kehidupan ini dengan baik.
At-Tadris adalah upaya menyiapkan
murid ( mutadarris ) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang
dilakukan dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan
bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di
dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami, serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla Allah
(definisi secara luas dan formal).
Dewasa ini, karena memang manusia sedang menghadapi
perubahanyang begitu cepat yang timbul sebagai ekses atau dampak dari
kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi, dikursus-diskursus dan kajian-kajian
mengenaikonsep pendidikan menjadi tetap menarik dan bahkan, tidak
dapatdihindarkan. Apalagi jika hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
segalaproblem itu berpangkal dari suatu penerapan konsep pendidikan
yangmerangsang serta mendorong progresivitas ilmu pengetahuan dan
teknologiyang tidak terkendali.
Di kalangan dunia Islam juga muncul berbagai isu tentang
krisis pendidikan serta problem lainnya
yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa terwujudnya suatu
sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam. Dalam hal ini banyak
tokoh-tokoh pendidikan Muslim telah berusaha menyusun suatu konsep pendidikan
yang menurut keyakinan mereka sudah dapat dikatakan relevan dengan tuntutan
umat manusia dan perkembangan masa kini. Syed M. Naquib al-Attas seorang
pemikir pendidikan yang concern terhadap pendidikan. Dalam karya
monumentalnya “The Concept ofEducation In Islam: A Framework for an Islamic
Philosophy of Education”, dan dalam Konferensi Dunia Pertama dan Kedua
tentang Pendidikan Islam di Mekkah dan Islamabad, al-Attas mencetuskan dan
menawarkan bahwa konsep atau istilah yang tepat, benar, dan relevan untuk
pendidikan adalah konsep ta’dib, bukan ta’lim, tarbiyah,
ataupun konsep yang lainnya. Karena, menurut al-Attas, konsep tarbiyah hanya
menekankan atau menyinggung aspek fisikal dan emosional manusia (karena proses tarbiyah
ini berlaku tidak hanya untuk manusia an sich, tetapi berlaku untuk
hewan dan tumbuh-tumbuhan, oleh karena itu konsep tarbiyah kurang tepat
untuk istilah pendidikan bagi manusia). Sedangkan konsep ta’lim secara
umum hanya menekankan pada transfer of knowledge (aspek kognitif) dan
pengajaran. Agar proses pendidikan berjalan secara komprehensif -- yakni
mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan ranah afektif,
maka al-Attas menawarkan konsep ta’dib
BAB III
KESIMPULAN
Penggunaan istilah dalam pendidikan
berdasar pada Al Qur’an dan As Sunnah yang tepat akan menjadi sangat penting,
karena akan mempengaruhi konsep pendidikan khususnya pendidikan dalam
pengertian Islam. Pengertian pendidikan akan mendasari tujuan, metode sampai
pada kurikulum pendidikan itu sendiri.
Mengadopsi seluruh istilah atau
menggabungkannya sebagai upaya untuk mengakomodasi saja tidaklah cukup,
mengingat strukturnya dan penekanannya akan berbeda. Apabila ta’dib adalah
istilah yang paling mewakili pendidikan dalam islam, maka adab akan menjadi stressing
dalam pendidikan secara keseluruhan, tidak hanya pada pendidikan agama saja.
Walaupun demikian tarbiyyah dan
ta’lim merupakan istilah yang memilki kaitan erat langsung dengan pendidikan
itu sendiri. Proses pengembangan diri dan pengajaran adalah bagian penting
dalam pendidikan untuk mencapai tujuan manusia sebagai hamba Allah.
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an. kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, maupun at-ta’dib menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an. kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, maupun at-ta’dib menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.
Daftar pustaka
Arifin,
M. Ilmu Pendidikan Islam, 1991, Jakarta, Bumi Aksara.
Al-Syaibani,
Muhammad al-Toumi, Falsafah Pendidikan Islam(terjemah) Hasan
Langgulung, 1979, Jakarta, Bulan
Bintang.
Achmadi
Abu, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,
1950, Yogyakarta, Aditya Media.
Mahmud,Ali
Abdul , Halim Pendidikan Ruhani, 2000, Jakarta, Gema Insani.
Nata,
Abuddin ,Filsafat Pendidikan Islam, 2001, Ciputat, PT.Logos Wacana Ilmu.
Samsul
Nizar, Ramayulis, Filsafat Pendidikan
Islam, 2011, jakarta, Kalam Mulia,
Cetakan ke- 3.
Moh. Haitami salim
& syamsul kurniawan, studi ilmu
pendidikan islam, 2012,jakarta, Ar-Ruzz Media
Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam,1995, Jakarta, Bumi Aksara
Jurnal Al
Banjari, Wacana Dikotomi Ilmu Dalam Pendidikan Islam Dan
Pengaruhnya, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni
2006, 35
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki
Press,2012)
Prof. Al-Attas, The Concept of Education in Islam,
Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, “Konsep al-Attas tentang
Ta’dīb: (Gagasan Pendidikan yang Tepat dan Komprehensif dalam Islam)”,
dalam Islami, Th II No. 6/Juli-September 2005: 77).
[1] Moh. Haitami salim & syamsul
kurniawan, studi ilmu pendidikan islam. Ar-Ruzz Media: jakarta. 2012. H. 18
[3]Jurnal Al
Banjari,
Wacana Dikotomi Ilmu Dalam Pendidikan Islam Dan Pengaruhnya, Vol. 5, No.
9, Januari-Juni 2006, 35
[5]Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki Press,2012),h.16.
[8]Prof.
Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, “Konsep al-Attas tentang Ta’dīb: (Gagasan
Pendidikan yang Tepat dan Komprehensif dalam Islam)”, dalam Islami, Th II No.
6/Juli-September 2005: 77).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar