ANALISIS
KEPEMIMPINAN BERDASARKAN PENDEKATAN PERILAKU
Oleh
: Aris Utomo
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Dalam studi kepemimpinan, behavioral theory atau teori perilaku, beranggapan bahwa
pemimpin bukan hanya dilahirkan, tetapi dapat diciptakan. Menurutnya pemimpin
yang sukses pada dasarnya dapat ditentukan, dan perilakunya dapat dipelajari.
Teori ini tidak mengamati sifat pemimpin yang dibawa sejak lahir, melainkan
pada apa yang dilakukan pemimpin secara aktual. Menurutnya, sukses seseorang
dapat ditentukan oleh aksi nyata dan yang terlihat. Implikasi dari pandangan
ini adalah kemampuan kepemimpinan seseorang dapat dipelajari
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan
seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam
sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam
organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin
haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang
dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi
organisasinya.
Teori
perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana
seorang pemimpin menjalankan fungsinya. Menurut teori
ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan
atau observasi. Pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits)
pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli
berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang
dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara
efektif. . Namun demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi
oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan
suatu kepemimpinan. Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap
bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang
efektif
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana konsep
perilaku kepemimpinan?
2. Bagaimana teori
kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan perilaku?
C. Tujuan
pembahasan
1. Untuk
mengetahui konsep perilaku kepemimpinan.
2. Untuk
mengetahui teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan perilaku.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Perilaku
Kepemimpinan.
Dalam
penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada
sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku
kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur
perilaku yang berorientasi
pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan
untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang
efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan.
Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan.
Teori perilaku
kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini didasari
pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat
dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada
teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada
tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini,
orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau
observasi.[1]
Dalam pendekatan perilaku ini
memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan
dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar
untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat
dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang
tepat akan dapat memimpin secara efektif.[2] Namun
demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa
variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu
kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini
muncul karena menganggap bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu
menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena sifat sulit untuk
diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan bahwa
perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yakni :
1) ada yang lebih menekankan pada tugas;
2) ada yang lebih mementingkan pada
hubungan;
3) ada yang mementingkan
kedua-duanya; dan
4) ada yang mengabaikan
kedua-duanya.[3]
Ada juga peneliti yang mengatakan
bahwa perwujudan perilaku pemimpin dengan orientasi bawahan ialah:
1)
penekanan
pada hubungan atasan-bawahan,
2)
perhatian
pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya, dan
3)
menerima
perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam
diri dari para bawahan.[4]
Dalam penjabaran lebih lanjut,
analisis perilaku kepemimpinan ini menghasilkan beberapa teori kepemimpinan
sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini secara lebih detail.
B.
Teori Kepemimpinan
Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku.
Dalam menggerakkan
orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku
kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman,
para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku
kepemimpinan ini, yaitu:
1. yang berorientasi pada
tugas (task oriented) dan
2. yang berorientasi pada
bawahan atau karyawan (employee oriented).[5]
Gaya yang berorientasi
pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang
sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik
dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif
dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan
cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih
memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif
dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya
kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin
berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin
terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. High-high berarti pemimpin
tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
2. High task-low
relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi
rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low task-high relation, pemimpin tersebut
lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas.
Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan
bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi
masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
Dari keempat macam
gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang
keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih
baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya
tersebut.
Dari hasil penelitian
terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di
kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio,
studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
1. Studi Lowa. Studi ini
meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya
demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan
bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.[11]
2. Studi Ohio. Studi ini
berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku kepemimpinan. Peneliti
merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang
mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu
struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif
menunjukkan pada pencapaian tugas.[7] Perhatian menunjukkan
perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini menemukan
empat gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a. Perhatian rendah
pembuatan inisiatif rendah.
b. Perhatian tinggi
pembuatan inisiatif rendah
c. Perhatian tinggi
pembuatan inisiatif tinggi
d. Perhatian rendah
pembuatan inisiatif tinggi
3. Studi Michigan.
Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu
berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang
berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan
menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi
menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.[8]
4. Empat sistem
kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert, pemimpin itu dapat
berhasil jika bergaya participatif management. Gaya ini
menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan
dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen
sebagai berikut:
a. Exploitative
Authoritative (Otoriter yang Memeras)
Pemimpin menentukan semua keputusan tentang seluruh kegiatan,
memerintahkan agar semua bawahan melaksanakan tugas kegiatan, menentujan
standar pelaksanaan tugas kegiatan, menentukan standar pelaksanaan tugas yang
harus dipenuhi bawahan, memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang
tidak berhasil melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kurang mempercayai bawahan dan tidak melibatkan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan.
b. Benevolent
Authoritative (Otoriter yang baik)
Pemimpin menyampaikan
berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah kepada bawahan dan pada
giliranya, bawahan diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.Diman bawahan
diberi kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan yang telah
disepakati
c. Cosultative (Konsultatif)
Pemimpin menetapkan
dan mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan ketentuan yang bersifat
umum setelah berdiskusi dengan bawahan.
Penentuan tujuan dan
pengambilan keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan, pemimpin
dapat mengambil keputusan setelah memperoleh saran dan pendapat bersama
bawahan.
Likert menyimpulkan
bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang
rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas
kerja yang tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Konsep Perilaku
Kepemimpinan.
Dalam pendekatan perilaku ini
memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan
dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar
untuk diidentifikasi.
B.
Teori Kepemimpinan
Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku.
Dari hasil penelitian
terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di
kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio,
studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan
Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos, Bandung: Alfabeta,
2010.
Kayo, Khatib Pahlawan, Kepemimpinan
Islam dan Da'wah, Jakarta: Amzah, 2005.
Multitama Comunication, The Power
of Leader: Potret Kepemimpinan Islam yang Diteladani dan Dinantikan,
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, Mei 2007.
Fattah, Nanang, Landasan
Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Marno, Triyo
Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung:
Refika Abditama, 2008.
Usman, Husaini, Manajemen
Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan
Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin
dan Ahmad Fauzan, Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2004.
[1] Sudarwan Danim, Kepemimpinan
Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan
Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8
[2] Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 91
[3] Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung:
Refika Abditama, 2008), h. 39
[4] Husaini Usman, Manajemen
Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 293
[5] Ibid., h. 293-294
[6] Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 39-40
[7] Lihat juga Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 40
[8] Usman, Manajemen
Teori…, h. 280.
[9] Ibid., h. 295-296
Tidak ada komentar:
Posting Komentar