Rabu, 15 Maret 2017

ANALISIS KEPEMIMPINAN BERDASARKAN PENDEKATAN PERILAKU

ANALISIS KEPEMIMPINAN BERDASARKAN PENDEKATAN PERILAKU

          Oleh       : Aris Utomo

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Dalam studi kepemimpinan, behavioral theory atau teori perilaku, beranggapan bahwa pemimpin bukan hanya dilahirkan, tetapi dapat diciptakan. Menurutnya pemimpin yang sukses pada dasarnya dapat ditentukan, dan perilakunya dapat dipelajari. Teori ini tidak mengamati sifat pemimpin yang dibawa sejak lahir, melainkan pada apa yang dilakukan pemimpin secara aktual. Menurutnya, sukses seseorang dapat ditentukan oleh aksi nyata dan yang terlihat. Implikasi dari pandangan ini adalah kemampuan kepemimpinan seseorang dapat dipelajari
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang pemimpin menjalankan fungsinya. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi. Pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. . Namun demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan. Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep perilaku kepemimpinan?
2.      Bagaimana teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan perilaku?

C.     Tujuan pembahasan
1.      Untuk mengetahui konsep perilaku kepemimpinan.
2.      Untuk mengetahui teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan perilaku.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Perilaku Kepemimpinan.
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini  didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.[1]
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif.[2] Namun demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yakni :
 1) ada yang lebih menekankan pada tugas;
2) ada yang lebih mementingkan pada hubungan;
3) ada yang mementingkan kedua-duanya; dan
4) ada yang mengabaikan kedua-duanya.[3]
Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin dengan orientasi bawahan ialah:
1)      penekanan pada hubungan atasan-bawahan,
2)      perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya, dan
3)      menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri dari para bawahan.[4]
Dalam penjabaran lebih lanjut, analisis perilaku kepemimpinan ini menghasilkan beberapa teori kepemimpinan sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini secara lebih detail.

B.     Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku.
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu:
1.      yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan
2.      yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented).[5]
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1.      High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
2.      High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3.      Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
4.      Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.[6]
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
1.      Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.[11]
2.      Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas.[7] Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini menemukan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a.       Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah.
b.      Perhatian tinggi pembuatan inisiatif rendah
c.       Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi
d.      Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
3.      Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.[8]
4.      Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut:
a.       Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)
Pemimpin menentukan semua keputusan tentang seluruh kegiatan, memerintahkan agar semua bawahan melaksanakan tugas kegiatan, menentujan standar pelaksanaan tugas kegiatan, menentukan standar pelaksanaan tugas yang harus dipenuhi bawahan, memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kurang mempercayai bawahan dan tidak melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
b.      Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)
Pemimpin menyampaikan berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah kepada bawahan dan pada giliranya, bawahan diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.Diman bawahan diberi kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan yang telah disepakati
c.       Cosultative (Konsultatif)
Pemimpin menetapkan dan mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan ketentuan yang bersifat umum setelah berdiskusi dengan bawahan.
d.      Participatif (Partisipatif).[9]
 Penentuan tujuan dan pengambilan keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan, pemimpin dapat mengambil keputusan setelah memperoleh saran dan pendapat bersama bawahan.
Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.




























BAB III
KESIMPULAN

A.    Konsep Perilaku Kepemimpinan.
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi.
B.     Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.















Daftar Pustaka

Ametembun, N.A., Kepemimpinan Pendidikan, Malang: IKIP Malang, 1975.
Danim, Sudarwan, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos, Bandung: Alfabeta, 2010.
Kayo, Khatib Pahlawan, Kepemimpinan Islam dan Da'wah, Jakarta: Amzah, 2005.
Multitama Comunication, The Power of Leader: Potret Kepemimpinan Islam yang Diteladani dan Dinantikan, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, Mei 2007.
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Abditama, 2008.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2004.






[1] Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8
[2] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 91
[3] Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Abditama, 2008), h. 39
[4] Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 293
[5] Ibid., h. 293-294
[6]  Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 39-40
[7]  Lihat juga Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 40
[8] Usman, Manajemen Teori…, h. 280.
[9] Ibid., h. 295-296

Tidak ada komentar:

Posting Komentar