Jumat, 11 Januari 2013

Motivasi Belajar


Motivasi Belajar
Nurun Fibriana Setyowati, S.Psi., M.A.

1.    Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab bilamana seseorang tidak memiliki motivasi belajar tidak akan mungkin terjadi aktivitas belajar. Motivasi merupakan salah satu tujuan dari belajar selain needs (kebutuhan). Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Mc Donald mendefinisikan motivasi sebagai perubahan energi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi motivasi belajar memberikan dorongan kepada seseorang untuk mencapai tujuan belajar.
Motivasi memiliki tiga aspek yaitu: 1) keadaan terdorong dalam diri individu (a driving state) yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan; 2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan 3) tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Driving state (keadaan pemicu/dorongan), timbul berdasarkan kebutuhan biologis atau fisiologis. Drive timbul dapat karena organisme merasa ada kekurangan dalam kebutuhan (needs). Misalnya orang yang kurang tidur, membutuhkan tidur dan kebutuhan ini mendorong untuk tidur.
Kebutuhan cenderung permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan. Kebutuhan timbul karena adanya perubahan internal atau disebabkan oleh rangsangan kejadian di lingkungan. Perubahan internal yang terjadi mendasari perilaku ke arah tujuan. Dengan kata lain kebutuhan menimbulkan motivasi pada perilaku seseorang. Motivasi seperti siklus yang akan berhenti bila tujuan dapat tercapai, dan akan terus berlanjut bila belum memenuhi pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan tentu saja memerlukan adanya kebutuhan. Siklus motivasi secara sederhana dapat dikemukakan bahwa 1) adanya kebutuhan tertentu dari seseorang; 2) kebutuhan menimbulkan adanya motivasi; 3) motivasi menimbulkan seseorang untuk berperilaku mencapai kebutuhan yang diinginkan. Pemenuhan kebutuhan yang balance atau sesuai dengan tujuan akan berguna dan menunjukkan bahwa tujuan atau kebutuhan dapat tercapai. Sebaliknya kebutuhan yang tidak seimbang (imbalance) akan membuat seseorang mengulangi lagi siklus motivasi hingga kebutuhannya dapat tercapai dengan seimbang. Proses ini dinamakan homeostatis, akan terus berlanjut hingga tujuan dapat dicapai.
Maslow seorang humanis memberikan penjelasan mengenai kebutuhan sebagai suatu hierarkies, yaitu apabila kebutuhan-kebutuhan pada suatu tahap tertentu dapat dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi akan menjadi sangat kuat.
1)   Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, bernafas, tidur. Bila kebutuhan ini terpuaskan dengan baik, maka kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan akan menjadi sangat kuat.
2)   Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, yaitu dorongan untuk menyelamatkan diri dan merasa aman. Misalnya seorang anak memiliki kebutuhan akan hal-hal yang teratur dan rutin, sehingga tindakan orang tua dan guru harus konsisten dan disiplin agar anak dapat melihat dunia dengan teratur dan terorganisasi. Keteraturan ini akan menimbulkan rasa aman pada anak-anak.
3)   Kebutuhan untuk diterima dan dicintai, yaitu kebutuhan untuk mendapat kasih sayang dan cinta. Misalnya seorang anak yang ingin merasa diterima oleh kelompoknya, merasa menjadi anggota keluarga yang berharga.
4)   Kebutuhan akan harga diri (self esteem), yaitu kebutuhan yang timbul dalam berhubungan dengan orang lain. Harga diri erat kaitannya dengan status sosial di dalam suatu kelompok masyarakat dan penghargaan yang diberikan kepadanya. Seseorang merasa dihargai orang bila dalam suatu kelompok dianggap penting.
5)   Kebutuhan merealisasi diri atau aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri berdasarkan potensi yang dimiliki seperti bakat dan minat.  

2.    Macam-macam motivasi belajar
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa ada motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk belajar, menjadikan dorongan dari luar dirinya menjadi motivasi ekstrinsik.
a.       Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik memiliki tujuan yang inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang ada dalam pelajaran. Dengan demikian anak didik termotivasi semata-mata karena untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu didasari oleh pemikiran positif bahwa semua pelajaran yang dipelajari saat ini akan sangat dibutuhkan berguna untuk saat ini dan masa datang.
b.      Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena rangsangan faktor dari luar dirinya. Motivasi belajar ekstrinsik terjadi bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar hendak mencapai tujuan di luar hal yang dipelajarinya misalnya untuk mencapai angka tinggi, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Meskipun begitu motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan untuk memotivasi anak didik agar mau belajar. Namun penggunaan motivasi ekstrinsik yang salah akan merugikan anak didik, karena menjadikan anak didik malas belajar. Motivasi ekstrinsik yang positif seperti angka atau nilai yang bagus, gelar, pujian, hadiah dan sebagainya merangsang anak didik untuk rajin belajar. Sebaliknya motivasi ekstrinsik yang negatif seperti ejekan, celaan, makian, hukuman yang menghina, sindiran kasar, menyebabkan hubungan anak didik dan guru menjadi renggang.

3.    Contoh proses motivasi dalam belajar
1)      Memberi angka atau nilai atau simbol dari hasil aktivitas belajar.
Angka atau nilai yang baik memberikan motivasi yang besar kepada anak didik untuk lebih giat belajar. Namun angka bukanlah satu-satunya hasil belajar yang sejati dan bermakna, yang dapat diberikan. Nilai tidak hanya memuat aspek kognitif namun juga harus dapat menyentuh aspek afektif, keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, dan aspek kepribadian. 
2)      Hadiah
Hadiah merupakan pemberian penghargaan atau kenang-kenangan atau cenderamata kepada seseorang. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, sebagai penghargaan akan prestasi yang dicapainya.
3)      Kompetisi
Persaingan dibutuhkan dalam pendidikan, dengan menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Untuk itu diperlukan metode mengajar yang sesuai seperti membentuk kelompok belajar untuk menciptakan suasana kompetisi belajar yang sehat, jauh dari sifat malas dan kemunafikan seperti halnya mencontek. 
4)      Ego-Involvement
Kesadaran akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri akan dapat memotivasi anak didik. Anak didik yang sadar akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan akan membuat anak didik berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga anak didik akan belajar dengan keras dapat dikarenakan harga dirinya.
5)      Memberi ulangan
Ulangan atau ujian merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang terencana dan sistematis. Dengan ulangan, biasanya membuat anak didik mempersiapkan diri belajar pada waktu sebelumnya, sehingga dapat menjawab pertanyaan ulangan.
6)      Mengetahui hasil
Anak didik yang mengetahui hasil belajar, mendorong untuk giat belajar. Hasil belajar yang mengalami kemajuan akan lebih mendorong anak didik untuk meningkatkan intensitas belajar guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.
7)      Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement positif dan motivasi yang baik. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja anak didik, bukan dibuat-buat atau bertentangan dengan hasil kerja anak didik. Pujian yang diberikan akan membesarkan jjiwa seseorang, sehingga akan lebih bergairah mengerjakan tugas atau belajar. 
8)      Hukuman
Hukuman atau reinforcement negatif tidak selalu tidak berguna untuk diterapkan pada anak didik. Hukuman yang diterapkan dengan tepat dan bijak merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Tentu saja bila dilakukan dengan pendekatan edukatif yang mendidik dan bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah, bukan karena dendam. Dengan demikian hukuman itu membuat anak didik tidak mengulangi kesalahan, minimal mengurangi frekuensi pelanggaran.
9)      Hasrat untuk belajar
Anak didik yang memiliki hasrat untuk belajar berarti memiliki kesengajaan dan memiliki maksud untuk belajar, dan tentunya memiliki motivasi untuk belajar yang hasilnya lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar ini ditentukan juga oleh lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung.  
10)  Minat
Minat terhadap suatu aktivitas akan menyebabkan anak didik memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
11)  Tujuan yang diakui
Tujuan belajar yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Hal ini disebabkan dengan adanya pemahaman tujuan yang harus dicapai, akan dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk belajar.

4.    Faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar
Ada empat faktor dalam memelihara dan meningkatkan motivasi belajar yaitu 1) guru harus dapat menggairahkan anak didik, agar tidak membosankan dan monoton dengan memelihara minat anak didik dalam belajar, memberi kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke aspek lainnya dari pelajaran dalam situasi belajar seperti metode brain storming dan discovery learning; 2) memberikan harapan yang realitistis,  agar anak didik memiliki harapan yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang realistis; 3) memberikan insentif, dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya atas keberhasilan anak didik, sehingga mendorong anak didik untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran; dan 4) mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran, dengan memberikan respons terhadap anak didik yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas seperti memberikan penugasan, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan ramah.


Reference

Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2010). Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Soemanto, W.S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar