Motivasi Belajar
Nurun Fibriana Setyowati, S.Psi., M.A.
1. Pengertian
Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses
belajar, sebab bilamana seseorang tidak memiliki motivasi belajar tidak akan
mungkin terjadi aktivitas belajar. Motivasi merupakan salah satu tujuan dari
belajar selain needs (kebutuhan).
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang mendorong perilaku ke arah
tujuan. Mc Donald mendefinisikan motivasi sebagai perubahan energi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi
motivasi belajar memberikan dorongan kepada seseorang untuk mencapai tujuan
belajar.
Motivasi memiliki tiga aspek yaitu: 1) keadaan
terdorong dalam diri individu (a driving
state) yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani,
karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan
ingatan; 2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan 3) tujuan
yang dituju oleh perilaku tersebut. Driving
state (keadaan pemicu/dorongan), timbul berdasarkan kebutuhan biologis atau
fisiologis. Drive timbul dapat karena
organisme merasa ada kekurangan dalam kebutuhan (needs). Misalnya orang yang kurang tidur, membutuhkan tidur dan
kebutuhan ini mendorong untuk tidur.
Kebutuhan cenderung permanen dalam diri seseorang
yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan.
Kebutuhan timbul karena adanya perubahan internal atau disebabkan oleh
rangsangan kejadian di lingkungan. Perubahan internal yang terjadi mendasari
perilaku ke arah tujuan. Dengan kata lain kebutuhan menimbulkan motivasi pada
perilaku seseorang. Motivasi seperti siklus yang akan berhenti bila tujuan
dapat tercapai, dan akan terus berlanjut bila belum memenuhi pencapaian tujuan.
Pencapaian tujuan tentu saja memerlukan adanya kebutuhan. Siklus motivasi
secara sederhana dapat dikemukakan bahwa 1) adanya kebutuhan tertentu dari
seseorang; 2) kebutuhan menimbulkan adanya motivasi; 3) motivasi menimbulkan
seseorang untuk berperilaku mencapai kebutuhan yang diinginkan. Pemenuhan
kebutuhan yang balance atau sesuai
dengan tujuan akan berguna dan menunjukkan bahwa tujuan atau kebutuhan dapat
tercapai. Sebaliknya kebutuhan yang tidak seimbang (imbalance) akan membuat seseorang mengulangi lagi siklus motivasi
hingga kebutuhannya dapat tercapai dengan seimbang. Proses ini dinamakan
homeostatis, akan terus berlanjut hingga tujuan dapat dicapai.
Maslow seorang humanis memberikan penjelasan
mengenai kebutuhan sebagai suatu hierarkies, yaitu apabila kebutuhan-kebutuhan
pada suatu tahap tertentu dapat dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya
yang lebih tinggi akan menjadi sangat kuat.
1) Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, bernafas,
tidur. Bila kebutuhan ini terpuaskan dengan baik, maka kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang lebih tinggi akan akan menjadi sangat kuat.
2) Kebutuhan
akan keselamatan dan rasa aman, yaitu dorongan untuk menyelamatkan diri dan
merasa aman. Misalnya seorang anak memiliki kebutuhan akan hal-hal yang teratur
dan rutin, sehingga tindakan orang tua dan guru harus konsisten dan disiplin
agar anak dapat melihat dunia dengan teratur dan terorganisasi. Keteraturan ini
akan menimbulkan rasa aman pada anak-anak.
3) Kebutuhan
untuk diterima dan dicintai, yaitu kebutuhan untuk mendapat kasih sayang dan
cinta. Misalnya seorang anak yang ingin merasa diterima oleh kelompoknya,
merasa menjadi anggota keluarga yang berharga.
4) Kebutuhan
akan harga diri (self esteem), yaitu
kebutuhan yang timbul dalam berhubungan dengan orang lain. Harga diri erat
kaitannya dengan status sosial di dalam suatu kelompok masyarakat dan penghargaan
yang diberikan kepadanya. Seseorang merasa dihargai orang bila dalam suatu
kelompok dianggap penting.
5) Kebutuhan
merealisasi diri atau aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri berdasarkan potensi yang dimiliki seperti bakat dan
minat.
2. Macam-macam
motivasi belajar
Seseorang
yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa ada motivasi dari
luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas
belajar. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk belajar,
menjadikan dorongan dari luar dirinya menjadi motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi
intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik memiliki tujuan yang inheren dengan
situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk
menguasai nilai-nilai yang ada dalam pelajaran. Dengan demikian anak didik
termotivasi semata-mata karena untuk menguasai nilai yang terkandung dalam
bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti mendapat pujian, nilai
yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki motivasi
intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu didasari oleh
pemikiran positif bahwa semua pelajaran yang dipelajari saat ini akan sangat
dibutuhkan berguna untuk saat ini dan masa datang.
b. Motivasi
ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena rangsangan
faktor dari luar dirinya. Motivasi belajar ekstrinsik terjadi bila anak didik
menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik
belajar hendak mencapai tujuan di luar hal yang dipelajarinya misalnya untuk
mencapai angka tinggi, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Meskipun begitu
motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak diperlukan dan tidak baik dalam
pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan untuk memotivasi anak didik agar mau
belajar. Namun penggunaan motivasi ekstrinsik yang salah akan merugikan anak
didik, karena menjadikan anak didik malas belajar. Motivasi ekstrinsik yang positif
seperti angka atau nilai yang bagus, gelar, pujian, hadiah dan sebagainya
merangsang anak didik untuk rajin belajar. Sebaliknya motivasi ekstrinsik yang
negatif seperti ejekan, celaan, makian, hukuman yang menghina, sindiran kasar,
menyebabkan hubungan anak didik dan guru menjadi renggang.
3. Contoh
proses motivasi dalam belajar
1) Memberi
angka atau nilai atau simbol dari hasil aktivitas belajar.
Angka
atau nilai yang baik memberikan motivasi yang besar kepada anak didik untuk
lebih giat belajar. Namun angka bukanlah satu-satunya hasil belajar yang sejati
dan bermakna, yang dapat diberikan. Nilai tidak hanya memuat aspek kognitif
namun juga harus dapat menyentuh aspek afektif, keterampilan yang diperlihatkan
anak didik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, dan aspek kepribadian.
2) Hadiah
Hadiah
merupakan pemberian penghargaan atau kenang-kenangan atau cenderamata kepada
seseorang. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi,
sebagai penghargaan akan prestasi yang dicapainya.
3) Kompetisi
Persaingan
dibutuhkan dalam pendidikan, dengan menjadikan proses interaksi belajar
mengajar yang kondusif. Untuk itu diperlukan metode mengajar yang sesuai
seperti membentuk kelompok belajar untuk menciptakan suasana kompetisi belajar
yang sehat, jauh dari sifat malas dan kemunafikan seperti halnya
mencontek.
4) Ego-Involvement
Kesadaran
akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri akan dapat memotivasi anak didik. Anak
didik yang sadar akan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan
akan membuat anak didik berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi
yang baik dan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga anak didik akan belajar dengan
keras dapat dikarenakan harga dirinya.
5) Memberi
ulangan
Ulangan
atau ujian merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar
lebih giat belajar bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang
terencana dan sistematis. Dengan ulangan, biasanya membuat anak didik
mempersiapkan diri belajar pada waktu sebelumnya, sehingga dapat menjawab
pertanyaan ulangan.
6) Mengetahui
hasil
Anak
didik yang mengetahui hasil belajar, mendorong untuk giat belajar. Hasil
belajar yang mengalami kemajuan akan lebih mendorong anak didik untuk
meningkatkan intensitas belajar guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih
baik.
7) Pujian
Pujian
yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi.
Pujian adalah bentuk reinforcement
positif dan motivasi yang baik. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja anak
didik, bukan dibuat-buat atau bertentangan dengan hasil kerja anak didik.
Pujian yang diberikan akan membesarkan jjiwa seseorang, sehingga akan lebih
bergairah mengerjakan tugas atau belajar.
8) Hukuman
Hukuman
atau reinforcement negatif tidak
selalu tidak berguna untuk diterapkan pada anak didik. Hukuman yang diterapkan
dengan tepat dan bijak merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Tentu
saja bila dilakukan dengan pendekatan edukatif yang mendidik dan bertujuan
untuk memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah, bukan
karena dendam. Dengan demikian hukuman itu membuat anak didik tidak mengulangi
kesalahan, minimal mengurangi frekuensi pelanggaran.
9) Hasrat
untuk belajar
Anak
didik yang memiliki hasrat untuk belajar berarti memiliki kesengajaan dan
memiliki maksud untuk belajar, dan tentunya memiliki motivasi untuk belajar
yang hasilnya lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk
belajar. Hasrat untuk belajar ini ditentukan juga oleh lingkungan belajar yang
kreatif sebagai pendukung.
10) Minat
Minat
terhadap suatu aktivitas akan menyebabkan anak didik memperhatikan aktivitas
itu secara konsisten dengan rasa senang.
11) Tujuan
yang diakui
Tujuan
belajar yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi
yang sangat penting. Hal ini disebabkan dengan adanya pemahaman tujuan yang
harus dicapai, akan dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga
menimbulkan gairah untuk belajar.
4. Faktor
yang mempermudah timbulnya motivasi belajar
Ada empat faktor dalam memelihara dan meningkatkan
motivasi belajar yaitu 1) guru harus dapat menggairahkan anak didik, agar tidak
membosankan dan monoton dengan memelihara minat anak didik dalam belajar,
memberi kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke aspek lainnya
dari pelajaran dalam situasi belajar seperti metode brain storming dan discovery
learning; 2) memberikan harapan yang realitistis, agar anak didik memiliki harapan yang
realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang realistis; 3) memberikan
insentif, dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya atas
keberhasilan anak didik, sehingga mendorong anak didik untuk melakukan usaha
lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran; dan 4) mengarahkan
perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran,
dengan memberikan respons terhadap anak didik yang tidak terlibat langsung
dalam kegiatan belajar di kelas seperti memberikan penugasan, memberikan
hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan ramah.
Reference
Djamarah,
S.B. (2011). Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
O. (2010). Psikologi Belajar &
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Soemanto,
W.S. (2006). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito,
B. (2010). Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar